Pengaruh pemberian reward dan punishment score terhadap hasil belajar matematika siswa
Pengaruh Pemberian Tes Formatif Pilihan Ganda dengan Reward dan Punishment
Score Terhadap Hasil Belajar
Matematika
Siswa
Dody Adyansyah
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR HAMKA, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh pemberian tes
formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment score
terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan
linear dua variabel. Sebagai eksperimen dilakukan pembelajaran dengan
memberikan tes formatif pilihan ganda tanpa reward dan punishment
score. Tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment
score adalah soal bentuk pilihan ganda yang diberikan pada akhir satuan
pembelajaran dengan memberikan skor lebih pada siswa yang menjawab benar dan
pengurangan skor pada siswa yang menjawab salah. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : ”Terdapat pengaruh pemberian tes formatif pilihan ganda
dengan reward dan punishment score terhadap hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel”.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 188 Jakarta pada semester ganjil
tahun pelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara acak sederhana dengan
mengambil 60 siswa yang terdiri dari 2 kelas. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward
dan punishment score terhadap hasil belajar matematika siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
Kata
kunci : tes formatif , soal pilihan ganda, reward score,
punishment score, hasil belajar matematika siswa
A. Latar belakang
Menghafal dan memahami rumus-rumus matematika memerlukan
kemampuan, cara belajar, dan motivasi belajar matematika yang baik. Guru harus
bisa meningkatkan hal tersebut supaya siswa mampu mempelajari matematika dengan
baik. Untuk itu guru harus mampu memahami gejala-gejala psikologi siswa yang
tiap hari bisa berubah tergantung pada suasana batin dan kecemasan siswa yang
akan berpengaruh pada kemampuan, cara belajar dan terutama motivasi mereka
dalam belajar matematika.
Kemampuan, cara belajar dan motivasi siswa dalam belajar
matematika akan sangat berpengaruh pada hasil belajar matematika siswa. Jika
kemampuan, cara belajar dan motivasi siswa dalam belajar matematika rendah,
maka hasil belajar matematika siswa pun akan rendah. Dan begitu juga
sebaliknya, jika kemampuan, cara belajar dan motivasi siswa dalam belajar
matematika tinggi, maka hasil belajar matematika siswa pun akan tinggi.
Biasanya guru hanya fokus untuk menyelesaikan materi tanpa
peduli akan kemampuan, cara belajar dan motivasi siswa dalam belajar matematika,
sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan kurang dan berakibat
pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. Selain itu ketidaktahuan guru
dan siswa akan kelebihan ataupun kelemahan mereka dalam mengajar dan belajar
menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar siswa.
Tes formatif yang bisa memberikan umpan balik pada setiap
satuan pembelajaran sehingga guru dan murid mengetahui kelemahan dan kelebihan
nya jarang dilakuan guru karena waktu yang relatif singkat. Sulitnya menentukan
bentuk tes yang sesuai juga menjadi salah satu faktor guru tidak mengadakan tes
formatif. selain itu juga, kebiasaan buruk siswa seperti menebak jawaban,
mencontek, kerjasama dalam menjawab soal membuat tes yang diberikan kepada
mereka menjadi tidak efektif.
Tes formatif sangat bermanfaat untuk mengetahui kelebehian
dan kekurangan guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Seperti pengertin
yang dikemukakan Ahiri (2008 : 106) dalam bukunya, bahwa tes adalah suatu
instrumen yang berguna untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa,
mengetahui perkembangan siswa, menentukan peringkat siswa, dan menentukan
kefektifan pembelajaran.
Bentuk tes objektif pilihan ganda bisa digunakan sebagai tes
formatif karena bentuk tes ini tidak membutuhkan waktu yang lama baik dalam
menjawab ataupun memeriksa hasil jawaban siswa. Tapi bentuk tes objektif
pilihan ganda memudahkan siswa untuk bisa menebak jawaban tanpa resiko apapun,
mencontek dan melakukan kerjasama sesama teman. Kebiasaan buruk siswa menebak,
mencontek, dan kerjasaama menjawab soal perlu diatasi. Salah satu cara
mengatasi hal ini adalah dengan memberikan hukuman (punishment) pada
siswa yang melakukan kebiasaan buruk tersebut dan memberikan hadiah (reward)
pada siswa yang tidak melakukan hal tersebut atau melakukan hal benar. Namun
pemeberian reward dan punishment pada siswa tidak boleh sembarangan, untuk itu
sebaiknya reward dan punishment diberikan dalam bentuk skor pada
penskoran butir-butir soal tes yang diberikan, salah satunya tes formatif.
Selain untuk mengurangi kebiasaan buruk siswa, pemberian reward
score (penambahan skor) dan punishment score
(pengurangan skor) juga bisa meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri
siswa dalam pembelajaran matematika. Banyak dampak positif dalam pembelajaran
dengan diberikannya reward yaitu hubungan guru dan siswa menjadi lebih
erat, perhatian siswa pada matematika lebih meningkat, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar matematika, meningkatkan kegiatan belajar
matematika, dan membina tingkah laku siswa yang produktif. Sementara dampak
pemberian punishment adalah menyadarkan siswa akan kesalahannya sehingga
mereka akan termotivasi untuk menjadi lebih baik.
Penulis tertarik untuk menyelesaikan
permasalahan–permasalahan tersebut. Penulis akan mencoba memberikan suatu tes
yang dapat memberikan umpan balik guna mengetahui kelemahan dan kelebihan
peserta didik dalam memahami materi, memotivasi belajar siswa, dan mengurangi
kebiasaan buruk siswa pada saat menjawab soal tes pilihan ganda. Ada tes yang
dapat membantu hal itu yaitu tes formatif pilihan ganda dengan reward
dan punishment score. Penulis akan mencoba mencari tahu pengaruh
pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment
score terhadap hasil belajar matematika.
B. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau
tidaknya pengaruh pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward dan
punishment score tehadap hasil belajar matematika siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
C. Definisi operasional
Tes formatif yang diberikan berupa tes pilihan ganda yang
terdiri dari 5 butir soal dan 4 kemungkinan jawaban (4 pilihan). Tes formatif
diberikan diakhir-akhir proses belajar mengajar yaitu 15 menit sebelum waktu
belajar selesai. Reward dan punishment score yang dimaksud
adalah memberikan point 4 kepada siswa yang menjawab benar, point -1 kepada
siswa yang menjawab salah dan memberikan point 0 kepada siswa yang tidak
memberikan jawaban.
Hasil belajar matematika yang dimaksud ialah skor hasil tes
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. Tes ini hanya
mengukur aspek kognitif peserta didik meliputi pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi. Pokok bahasan yang digunakanan dalam penelitian ini yaitu meliputi
sistem persamaan linear dua variable : menjelaskan pengertian Persamaan Linear
Dua Variabel, Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel, Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel, Metode Grafik, Metode Eliminasi, Metode Substitusi, Metode
Gabungan, Membuat model Matematika dan Menyelesaikan Masalah sehari-hari yang
Melibatkan SPLDV, Menyelesaikan Sistem Persamaan Nonlinear Dua Variabel dengan
Mengubah ke Bentuk SPLDV.
D. KAJIAN PUSTAKA
1.
Hasil Belajar Matematika Siswa
Jika seseorang belajar
matematika, maka setelah belajar kemampuannya akan bertambah terutama kemampuan
dalam matematika. Perubahan kemampuan inilah yang dimaksud dengan hasil belajar
matematika. Tentu saja hasil yang diharapkan guru adalah hasil yang terbaik.
Oleh karena itu, guru harus berusaha dengan sekuat tenaga mengoptimalkan
pembelajaran supaya siswa memperoleh hasil belajar matematika yang terbaik.
Misalnya sering memberikan latihan soal atau memberikan tes karena dengan
adanya latihan mengerjakan soal, siswa akan terbiasa untuk mengaplikasikan
materi yang diberikan oleh guru untuk menyelesaikan soal-soal yang ada.
Kenyataan membuktikan bahwa
dengan adanya pengulangan yang tidak membosankan dan melibatkan peserta didik
dalam proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang
diharapkan oleh guru. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar
berhasil dapat dilihat dari pemberian tugas dari guru dalam bentuk tes lisan,
tes tulisan dan tindakan peserta didik dalam proses belajar. Menurut Djamarah
(2006:105) Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional dapat tercapai.
Menurut Purwanto (2009 : 5)
tujuan evaluasi ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan
sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru
dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai diamana
keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan
metode-metode mengajar yang digunakan.
Evaluasi dan latihan yang
diberikan berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, sehingga guru dapat melihat hasil belajar dari peserta
didik. Menurut Gagne (Dimyati, 2006 : 12) komponen hasil belajar terdiri dari 5
yaitu: (a) Informasi Verbal : kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. (b) Kemampuan Intelektual :
kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup, serta
mempresentasikan konsep dan lambang. (c) Strategi Kognitif : kemampuan
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. (d) Keterampilan
Motorik : kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (e) Sikap :
kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek
tersebut.
Hasil belajar matematika
berupa kemampuan verbal adalah bertambahnya informasi tentang materi matematika
baik itu di dapat dari guru ataupun sumber lainnya. Kemampuan intelektualnya
adalah perubahan pada keterampilan menguasai konsep dan teori matematika.
Sementara strategi kognitif yang merupakan hasil belajar matematika adalah
perubahan pemirikan menjadi sistematis dalam pemecahan suatu masalah. Kemudian
keterampilan motoriknya adalah perubahan pada kemampuannya menulis
lambang-lambang matematika dan hasil belajar matematika yang merupakan sikap
adalah perubahan emosionalnya dalam mengerjakan permasalahan matematika yang
diberikan.
Dengan adanya evaluasi yang
diberikan oleh guru dan dengan memperhatikan proses belajar yang sedang
dilakukan oleh siswa, maka hasil belajar matematika akan tercapai dengan baik.
Jadi belajar yang diarahkan oleh pengalaman dan pemecahan soal matematika akan
memudahkan peserta didik dalam belajar dan hasil belajar diharapkan oleh guru
dan orang tua siswa dapat tercapai dengan baik.
2.
Tes Formatif Pilihan Ganda dengan Reward dan Punishment Score
Tes yang digunakan untuk
mencari umpan balik (feedback) guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi
guru maupun siswa disebut tes formatif. Gronlund (1985 : 12) dalam bukunya
menuliskan : Formative evaluation is used to monitor learning progress
during instruction and to provide continuous feedback to both pupil and techer
concerning learning successes and failures.
Tes formaitif biasanya
dilakukan pada akhir proses belajar mengajar, tapi bisa juga dilakukan pada
saat proses belajar mengajar berlansung. Tes yang diberikan guru pada saat
proses belajar mengajar bertujuan untuk mengecek atau mendapatkan informasi
apakah siswa telah memahami apa yang diterangkan guru. Jadi guru bisa merubah
dan memperbaiki cara belajarnya apabila banyak yang belum mengerti. Sesuai
dengan fungsi tes formatif, maka aspek yang dinilai cenderung hanya segi
kognitif dan psikomotor saja. Dimana segi kognitif dan psikomotor ini terdapat
dalam tujuan khusus pengajaran.
Ahiri (2004 : 132)
mengemukakan bahwa tes pilihan ganda pada dasarnya terdiri dari dua bagian,
yaitu batang tubuh tes yang berupa pertanyaan pengantar atau pernyataan tidak
lengkap (dalam penulisan ini disebut “pokok butir”) dan lebih dari kemungkinan
jawaban. Secara teknis jawaban yang benar disebut kunci jawaban dan yang
lainnya disebut pengecoh (penggagal, penyesat, atau pengganggu). Pengecoh
berfungsi untuk mengalihkan perhatian siswa yang kurang pasti sikapnya terhadap
jawaban yang benar. Jumlah alternatif jawaban pada umumnya empat atau lima
(dinyatakan dalam huruf : a, b, c, d, dan/atau e). pokok butir mencakup semua
informasi yang dibutuhkan untuk memperkenalkan butir tes.
Pengertian di atas sesuai
dengan yang diungkapkan Gronlund (1993 : 40) dalam bukunya bahwa, The
multiple-choice item consists of a stem, which present a situation, and several
alternatives (options or choices) which provide possible solutions to the
problem. The stem may be a question or an incomplete statement. The
alternatives include the correct answer and several plausible wrong answers called
distracters. The function of the latter is to distract those students who are
uncertain of the answer.
Hamchek (1990 : 22) dalam
bukunya menyebutkan “ Reward arouse good feeling about our selves, our work,
and usually about those doing the rewarding”. Dari pengertian yang
diungkapkan Hamchek tersebut ternyata reward bisa membangkitkan atau
membangun perasaan baik siswa dalam belajar. Jadi reward bisa
meningkatkan reaksi diamana reward itu diberikan pada reaksi tersebut. Sebagai
contoh, seorang siswa diminta mengerjakan soal matematika tentang sistem
persamaan linear dua variabel, kemudian siswa itu mampu menjawab dengan benar
dan guru memberikan dia sebuah pujian atau penghargaan lainnya. Maka siswa itu
akan bersemangat untuk bisa mengerjakan soal-soal lain yang diberikan oleh
gurunya sehingga dia akan giat belajar.
Jadi reward adalah
penghargaan atau hadiah yang diberikan oleh seseorang (guru) kepada seseorang
atau kelompok tertentu (siswa). Reward diberikan kepada siswa yang
berhasil (mampu mengerjakan soal dengan baik). Reward yang diberikan itu
merupakan sesuatu yang menyenangkan atau yang digemari oleh siswa, bisa berupa
benda konkrit atau abstrak, misalnya pujian, perhatian, penghargaan, dan
lain-lain.
Meurut Chaplin (2004 : 410)
Dalam kamus lengkap psikologi, punishment adalah : 1. Penderitaan atau
siksaan rasa sakit, atau rasa tidak senang pada seorang subjek, karena
kegagalan dalam menyesuaikan diri terhadap suatu rangkaian perbuatan yang sudah
ditentukan terlebih dahulu dalam satu percobaan. 2. Suatu perangsang dengan
valensi negative, atau satu perangsang yang mampu menimbulkan kesakitan atau
ketidaksenangan. 3. Pembebanan satu periode pengurungan atau penahanan pada
seorang pelanggar yang sah.
Pemberian punishment
pada siswa harus dalam tingkat kewajaran karena bila berlebihan akan membuat
siswa menjauh dan takut untuk belajar matematika. Oleh karena itu pemberian
punishment haruslah memenuhi syarat-syarat berikut : pemberian hukuman harus
dalam cinta dan kasih sayang, didasarkan pada alasan “keharusan”, bisa
menimbulkan kesan di hati siswa, diikuti pemberian maaf dan harapan serta
kepercayaan, mengandung makna edukasi.
Selain syarat yang disebutkan
di atas, pemberian punishment sebaiknya berdasarkan kesepakatan antara guru dan
siswa atau dengan kata lain ada perjanjian dari kedua belah pihak. Misalnya
seperti yang akan dilakukan dalam penelitian ini, memberikan score minus kepada
siswa yang menjawab salah dalam menjawab soal yang diberikan. Pemberian score
minus ini sebelumnya harus disampaikan telebih dahulu pada siswa supaya siswa
tahu konsekuensi jika dia menjawab soal dengan salah.
E. METODE PENELITIAN
1.
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan quasi
eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subyek tidak dikelompokkan secara acak,
tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Penggunaan desain dilakukan
dengan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya, sehingga
tidak dilakukan lagi pengelompokkan secara acak.
Penelitian dilakukan pada
siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara. Kelompok pertama diberikan
tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment score.
Kelompok pertama ini merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua
merupakan kelompok kontrol yang hanya diberikan tes formatif pilhan ganda.
2.
Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan
di SMP Negeri 188 Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
Negeri 188 Jakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini
adalah 30 siswa kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas VIII-B
sebagai kelas kontrol.
3.
Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian
ini diperoleh dengan menggunakan instrumen yang disusun dalam bentuk tes
pilihan ganda yang dijawab oleh responden secara tertulis. Instrumen yang
digunakan berupa Tes Matematika.
Tes Matematika yang digunakan
berupa tes hasil belajar matematika. Untuk memperoleh soal tes yang baik maka
soal tes tersebut harus dinilai validitas, reliabilitas. Untuk mendapatkan
validitas, reliabilitas maka soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan pada
kelas lain disekolah pada tingkat yang sama. Untuk menghitung validitas butir
soal reliabilitas menggunakan program Excel menggunakan rumus Point Biserial
Correlation untuk menghitung validitas, sedangkan uji reliabilitas dihitung
dengan rumus KR-20.
4.
Analisis Data
Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment
score terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahsan system
persamaan linear dua variable perlu dilakukan uji perbedaan rerata. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang
menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam
analisis selanjutnya. Statistik yang digunakan untuk uji normalitas adalah
uji Liliefors. Uji homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen (sama). Pengujian homogenitas
dalam hal ini dapat diuji menggunakan uji Fisher. Uji normalitas dan
homogenitas variansi merupakan syarat untuk melakukan analisis data penelitian
dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji-t.
F. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan
hasil belajar matematika siswa yang diberikan tes formatif pilihan ganda dengan
reward dan punishment score. Data yang dianalisis adalah data
hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk membandingkan hasil belajar
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mendapatkan
perlakuan berupa pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward dan
punishment score pada kelas eksperimen dan pemberian tes formatif pilihan ganda
sja pada kelas kontrol.
1.
Deskripsi Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang
diujicobakan merupakan tes hasil belajar matematika pokok bahasan sistem
prsamaan linear dua variabel sebanyak 35 soal pilihan ganda. Instrument penelitian
ini diujicobakan kepada 38 siswa SMP yang telah mendapatkan pembelajaran materi
yang bersangkutan. Jawaban soal dihitung validitasnya menggunakan rumus point
Biserial Corellation dengan angka kasar dibanding dengan tabel r,
n = 38 didapat rtabel sebesar 0,320, dari 35 soal
terdapat 24 soal yang valid dan 11 soal tidak valid. Reliabilitas dihitung
dengan rumus KR-20 dan diperoleh harga 0,863.
Instrumen penelitian yang
valid telah mewakili semua indikator dan jumlahnya lebih dari 60% dari
instrumen yang telah diujicobakan. Instrument yang valid juga reliable setelah
diuji reliabilitasnya, Sehingga instrumen yang valid dan reliabel tersebut
dapat diberikan kepada siswa yang dijadikan objek penelitian untuk mengukur
kemampuan kognitifnya.
2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil belajar matematika
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diolah dan didapatkan ukuran data
seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
Ukuran Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
KELAS
UKURAN DATA
|
EKSPERIMEN
|
KONTROL
|
Skor
maksimal
|
24
|
24
|
Skor
tertinggi
|
22
|
21
|
Skor
terendah
|
11
|
10
|
Mean
|
18,333
|
16,933
|
Median
|
19
|
18
|
Modus
|
19
|
18
|
Varians
|
6,368
|
8,064
|
Simpangan
baku
|
2,523
|
2,840
|
Pendeskripsian hasil
belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut :
1.
Hasil
Belajar Matematika Siswa di Kelas Eksperimen yang diberikan tes formatif
pilihan ganda dengan reward dan punishment score
Dari pengolahan data tes hasil belajar pada kelas eksperimen
diperoleh rentang skor 11 sampai 22. Median sebesar 19; Modus sebesar 19.
Rata-rata skor sebesar 18,333; Simpangan baku sebesar 2,523. Dan diperoleh
distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil
Belajar Matematika Kelas Eksperimen
|
||||||
No
|
Interval
|
Titik
|
Batas
|
Frekuensi
|
||
Kelas
|
Tengah
|
Nyata
|
Absolut
|
Komulatif
|
Relatif
|
|
1
|
11-12
|
11,5
|
10,5-12,5
|
1
|
1
|
3,333333
|
2
|
13-14
|
13,5
|
12,5-14,5
|
2
|
3
|
6,666667
|
3
|
15-16
|
15,5
|
14,5-16,5
|
3
|
6
|
10
|
4
|
17-18
|
17,5
|
16,5-18,5
|
7
|
13
|
23,33333
|
5
|
19-20
|
19,5
|
18,5-20,5
|
13
|
26
|
43,33333
|
6
|
21-22
|
21,5
|
20,5-22,5
|
4
|
30
|
13,33333
|
Jumlah
|
30
|
100
|
- Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas kontrol yang tidak diberikan tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment score.
Dari pengolahan data tes
hasil belajar pada kelas kontrol mempunyai rentang skor 10 sampai 21. Median
sebesar 18; Modus sebesar 18. Rata-rata skor sebesar 16,933; Simpangan baku
sebesar 2,7. Dan diperoleh Distribusi frekuensi di bawah ini.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas
Kontrol
|
||||||
No
|
Interval
|
Titik
|
Batas
|
Frekuensi
|
||
Kelas
|
Tengah
|
Nyata
|
Absolut
|
Komulatif
|
Relatif
|
|
1
|
10-11
|
10,5
|
9,5-11,5
|
2
|
2
|
6,666667
|
2
|
12-13
|
12,5
|
11,5-13,5
|
2
|
4
|
6,666667
|
3
|
14-15
|
14,5
|
13,5-15,5
|
4
|
8
|
13,33333
|
4
|
16-17
|
16,5
|
15,5-17,5
|
5
|
13
|
16,66667
|
5
|
18-19
|
18,5
|
17,5-19,5
|
14
|
27
|
46,66667
|
6
|
20-21
|
20,5
|
19,5-21,5
|
3
|
30
|
10
|
Jummlah
|
30
|
100
|
3.
Pengujian Persyaratan Hipotesis
Sebelum melakukan pengujian
hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk kenormalan dan
kehomogenan data.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas kelas
eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji lilliefors, dan hasil pengujian
pada kelas eksperimen diperoleh L0=0,121 dan Ltabel =
0,161 pada signifikansi a = 0,05, untuk n = 30. Karena L0=0,121 <
0,161=Ltabel maka kelas eksperimen berdistribusi normal.
Dari pengujian normalitas
kelas konrol diperoleh harga L0 = 0,137 dan Ltabel =
0,161 pada signfifikansi a = 0,05, untuk n = 30. L0=0,137<0,161=Ltabel
maka kelas kontrol berdistribusi normal.
Tabel 4
Nilai Hasil Uji Normalitas
Kelas
|
L0
|
Ltabel
|
Keterangan
|
Ekperimen
|
0,121
|
0,161
|
Valid
|
Kontrol
|
0,137
|
Valid
|
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas atau uji
kesamaan dua variabel populasi kedua kelas dilakukan dengan uji Fisher
didapatkan Ftabel = 0,538 < Fhitung =
1,266 < 1,858 = Ftabel Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari data kedua kelas tersebut mempunyai varians yang sama. Dengan
demikian kedua kelas tersebut adalah homogen setelah diberikan perlakuan.
Tabel 5
Nilai Hasil Uji Homogenitas
Fhitung
|
Ftabel
|
Keterangan
|
|
kiri
|
kanan
|
||
1,266
|
0,161
|
1,858
|
Homogen
|
4.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan
menyatakan bahwa hasil belajar matematika pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas kontrol. Tabel di bawah ini dapat menggambarkan
kebenaran hipotesis yang dirumuskan.
Tabel 6
Nilai Hasil Uji Hipotesis
thitung
|
ttabel
|
Keterangan
|
||
H0
|
H1
|
|||
2,0202
|
1,671
|
Tolak
|
Terima
|
|
Berdasarkan hasil
perhitungan didapat thitung = 2,0202 dengan menggunakan taraf
signifikan a = 0,05 dengan dk = 58 diperoleh ttabel = 1,671. Maka
terima H0 dan tolak H1, jika atau jika thitung
berada di daerah penerimaan, ternyata dari hasil perhitungan thitung
berada di luar daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0
ditolak. Maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian tes formatif
pilihan ganda dengan reward dan punishment score terhadap
hasil belajar mateamtika siswa pada pokok bahasan sisitem persamaan linear dua
variabel.
5.
Penafsiran Hasil Pengujian Hipotesis
Dengan ditolaknya Ho dari
hasil pengujian hipotesis uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dapat
disimpulkan bahwa pemberian tes formatif pilihan ganda dengan reward dan
punishment score memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar
matematika siswa. Hasil pengujian juga membuktikan bahwa adanya pengaruh
terhadap hasil belajar siswa bukan suatu kebetulan, tetapi karena adanya
perlakuan yang diberikan kepada kelompok siswa, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian tes formatif pilihan ganda denngan reward dan punishment
score memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa.
G. SIMPULAN
Dengan tingkat signifikansi 0,05 dan ttabel =
1,671 maka hipotesis nol ditolak. Artinya, terdapat pengaruh pemberian tes
formatif dengan reward dan punishment score terhadap hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua
variabel. Hal ini juga terlihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa
yang diberikan tes formatif pilihan ganda dengan reward dan punishment
score yang lebih baik daripada rata-rata siswa yang diberikan tes formatif
pilihan ganda tanpa reward dan punishment score.
H. DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, J. 2008. Teknik Penilaian Kelas Dalam Pembelajaran. Jakarta : Uhamka Press
Arikunto, S.
2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta
. 2009. Dasar2 evaluasi pendidikan.Ed.Revisi,cet.10. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Arsyad, A. 1995. Media Pembelajaran. Jakarata :PT Raja
Grafindo Persada
Bloom, B.S.,dkk.
1982. Evaluation To Improve Learning.
New York : McGraw-Hill
Chaplin J.P. 2004. kamus
lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grapindo Persada
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. 2006.Strategi
Belajar mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
____________. 2008.Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Elliot, S.N.
2000. Educational Psychology : Effective
Teaching, Effective Learning.3th ed. Singapore : McGraw-Hill.
Gronlund, N.E.
How to Make Acheivement Test and
Assessments-5thed-. Amerika: Allyn and Bacon
.1985.Measurment and Evaluation in Teaching,5th edition.New
York:Macmillan Publishing Company
Hakim, T. 2000. Belajar Secara
Efektif,--Cet 1--. Jakarta :
Puspa Swara
Hamchek, D. 1990.
Psychology in Teaching Learning, and
Growth. USA:McGrow-Hill
Nasution, A.H.
1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bhratara
Karya Aksara
Nasution, S. Didaktik
Azas-Azas Mengajar. Bandung : Jemmars
Perhimpunan SPMB. 2008. Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri. Jakarta : P-SPMB.
Purwanto, M.N. 2009. Prinsif-Prinsif dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT.REMAJA ROSDA KARYA.
Reys, R.E., dkk. 1998. Helping Children Learn Mathematics-5th
ed. America:Allyn and Bacon
Rohani, A. 2010. Pengelolaan Pengajaran (Sebuah Pengantar
Menuju Guru Profesional). Jakarta:PT.Rineka Cipta
Sagala, S.H. 2006.
Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Simanjuntak, L.
1993. Metode Mengajar Matematika.
Jakarta : Rineka Cipta
Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT Raja Grafindo
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung :
Alfabeta
. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : UPI
Tim FKIP UHAMKA.
2007. Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta : FKIP UHAMKA
Komentar
Posting Komentar